"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" ( Qs. At-Taghabun :11 )
Sebagian besar manusia hampir tidak pernah bisa memahami apa arti hidup ini. Ya iyalah, jangankan arti hidup tujuan manusia itu pun terkadang tidak tahu dan harus bagaimana bersikap dalam hidup yang serba singkat ini. Qlo kita fikir ciri khas yang paling standar ialah hidupnya selalu tenggelam dalam ketidaktentraman bathin, merasa cemas, was-was, serba takut, rendah diri, merasa gagal, dan hati yang selalu terasa kacau balau.
Persis seperti orang yang masuk ke dalam hutan belantara. Walaupun ia berbekal ransel penuh dengan makanan, minuman, pakaian tahan nyamuk dan tahan dingin, dompet penuh dengan uang, serta senjata yang lengkap, tetapi qlo sama sekali tidak tahu seluk beluk hutan, tidak tahu cara menembusnya, serta tidak tahu cara menundukkan binatang buas yang berkeliaran didalamnya, niscaya dirinya akan dicekam berbagai perasaan tadi. Akhirnya, tidak bermanfaatlah segala bekal yang dimilikinya. Uang menjadi tidak berguna karena tidak tahu harus dibelikan apa dan dimana. Dirinya serta merta berubah menjadi kikir terhadap makanan dan minuman yang dimilikinya manakala teman seperjalanannya meminta. Karena, ia tidak tahu stok makanan dan air yang sebenarnya melimpah ruah didalam hutan.
Dalam sebuah hadist dinyatakan, pada suatu ketika datanglah seseorang kepadaIbnu Mas'ud ra. sahabat Rosulullah SAW, untuk meminta nasehat. Ujarnya, " Wahai Ibnu Mas'ud, berilah nasehat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang dilanda kecemasan dan kegelisahan. Dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tentram. Jiwaku selalu gelisah dan pikiran pun serasa kusut masai. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak."
Mendengar itu, Ibnu Mas'ud pun kemudian menasehatinya. Ucapny," Kalau penyakit seperti itu menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu ke tempat orang yang membaca Al Qur'an, kau bacalah Al Qur'an atau dengarkanlah baik-baik orang yang membacanya atau pergilah ke mejelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah, atau carilah waktu dan tempat yang sunyi, kemudian berkhalwatlah untuk menyembahNya. Misalnya di tengah malam buta, ketika orang-orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan sholat malam, memohon ketentraman jiwa, ketentraman fikiran, dan kemurnian hati kepada-Nya. Seandainya jiwamu belum juga terobati dengan cara ini, maka mintalah kepada Allah agar diberi hati yang lain karena hati yang kau pakai itu bukanlah hatimu."
Setelah itu, orang itu pun kembali ke rumahnya. Diamalkanlah nasehat Ibnu Mas'ud tersebut. Dia pergi mengambil air wudhu. Selanjutnya, diambilnya Al Qur'an dan dibaca dengan hati yang kusyu. Selesai membaca Al Qur'an, ternyata jiwanya berubah menjadi sejuk dan tentram. Pikirannya pun menjadi tenang, sedang kegelisahannya menghilang sama sekali.
Sebagian besar manusia hampir tidak pernah bisa memahami apa arti hidup ini. Ya iyalah, jangankan arti hidup tujuan manusia itu pun terkadang tidak tahu dan harus bagaimana bersikap dalam hidup yang serba singkat ini. Qlo kita fikir ciri khas yang paling standar ialah hidupnya selalu tenggelam dalam ketidaktentraman bathin, merasa cemas, was-was, serba takut, rendah diri, merasa gagal, dan hati yang selalu terasa kacau balau.
Persis seperti orang yang masuk ke dalam hutan belantara. Walaupun ia berbekal ransel penuh dengan makanan, minuman, pakaian tahan nyamuk dan tahan dingin, dompet penuh dengan uang, serta senjata yang lengkap, tetapi qlo sama sekali tidak tahu seluk beluk hutan, tidak tahu cara menembusnya, serta tidak tahu cara menundukkan binatang buas yang berkeliaran didalamnya, niscaya dirinya akan dicekam berbagai perasaan tadi. Akhirnya, tidak bermanfaatlah segala bekal yang dimilikinya. Uang menjadi tidak berguna karena tidak tahu harus dibelikan apa dan dimana. Dirinya serta merta berubah menjadi kikir terhadap makanan dan minuman yang dimilikinya manakala teman seperjalanannya meminta. Karena, ia tidak tahu stok makanan dan air yang sebenarnya melimpah ruah didalam hutan.
Dalam sebuah hadist dinyatakan, pada suatu ketika datanglah seseorang kepadaIbnu Mas'ud ra. sahabat Rosulullah SAW, untuk meminta nasehat. Ujarnya, " Wahai Ibnu Mas'ud, berilah nasehat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang dilanda kecemasan dan kegelisahan. Dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tentram. Jiwaku selalu gelisah dan pikiran pun serasa kusut masai. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak."
Mendengar itu, Ibnu Mas'ud pun kemudian menasehatinya. Ucapny," Kalau penyakit seperti itu menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu ke tempat orang yang membaca Al Qur'an, kau bacalah Al Qur'an atau dengarkanlah baik-baik orang yang membacanya atau pergilah ke mejelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah, atau carilah waktu dan tempat yang sunyi, kemudian berkhalwatlah untuk menyembahNya. Misalnya di tengah malam buta, ketika orang-orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan sholat malam, memohon ketentraman jiwa, ketentraman fikiran, dan kemurnian hati kepada-Nya. Seandainya jiwamu belum juga terobati dengan cara ini, maka mintalah kepada Allah agar diberi hati yang lain karena hati yang kau pakai itu bukanlah hatimu."
Setelah itu, orang itu pun kembali ke rumahnya. Diamalkanlah nasehat Ibnu Mas'ud tersebut. Dia pergi mengambil air wudhu. Selanjutnya, diambilnya Al Qur'an dan dibaca dengan hati yang kusyu. Selesai membaca Al Qur'an, ternyata jiwanya berubah menjadi sejuk dan tentram. Pikirannya pun menjadi tenang, sedang kegelisahannya menghilang sama sekali.
0 comments:
Posting Komentar